Oleh: Swary Utami Dewi

(Penggiat The Climate Reality Indonesia, Anggota TP2PS Tim Penggerak Percepatan Perhutanan Sosial)

nusakini.com - Apa hubungan antara perubahan iklim dan pengelolaan pengetahuan? Berawal dari zoominar "The Climate Reality Indonesia" bertemakan "Alam Semesta dalam Pentas Teater" pada 8 Juni 2020, saya tergelitik untuk menulis perlunya kreativitas pengelolaan pengetahuan terkait isu perubahan iklim.

Saya akan memulai dari isu perubahan iklim. Perubahan iklim terjadi sebagai akibat dari pemanasan global. Pemanasan global sendiri timbul karena berbagai faktor, utamanya dari beragam aktivitas manusia yang sangat mengutamakan pemakaian bahan bakar karbon serta menghasilkan berbagai jenis gas rumah kaca.  

Terkait hal ini, krisis iklim makin lama makin dirasakan manusia, makin terasa dahsyat dan menghancurkan berbagai sendi kehidupan. Badai yang makin sering terjadi dengan intensitas tinggi, musim tanam dan panen yang tidak lagi bisa diprediksi, kekeringan di beberapa tempat sementara tempat lain kerap banjir adalah beberapa contoh akibat dari perubahan iklim. Akibat ini pada gilirannya menimbulkan dampak lanjutan dalam berbagai bentuk seperti kerusakan infrastruktur, kekurangan pangan, timbulnya berbagai jenis penyakit dan sebagainya.

Meski perubahan iklim sudah menjadi krisis iklim, seringkali hal ini tidak dipahami bahkan ada yang membantah fakta perubahan iklim tersebut. Bagi mereka yang tidak paham, seringkali hanya merasa adanya berbagai perubahan, tapi tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi dan apa yang menyebabkan. Suhu misalnya terasa makin panas. Para petani banyak yang kebingungan kapan pastinya mereka menanam padi karena musim kerap maju mundur tidak menentu. Badai yang maha dahsyat makin sering terjadi. 

Di sisi lain ada pula kelompok "denial", yakni mereka yang sebenarnya juga merasakan akibat perubahan iklim, tapi merasa bahwa nanti bumi akan bisa "pulih" sendiri, atau bumi bisa bertahan menghadapi apapun yang menghantamnya. Mereka bahkan ada yang berpandangan isu perubahan iklim ini hanya ilusi atau dibuat-buat.

Bagaimana menghadapi dua kelompok tersebut agar kemudian timbul kesadaran, lalu muncul perubahan sikap dan aksi-aksi penyelamatan bumi? Dalam konteks pengelolaan pengetahuan, diperlukan berbagai upaya agar bagaimana informasi dan pengetahuan terkait perubahan iklim bisa dikemas lebih menarik dan ciamik untuk kemudian disebarluaskan, lebih mudah diterima banyak pihak (termasuk dua kelompok ini) dan lalu berdampak pada kesadaran dan aksi penyelamatan bumi

Terkait hal ini memang berbagai upaya penyadaran sudah dilakukan oleh berbagai penggiat isu perubahan iklim, termasuk "The Climate Reality Project". Bentuknya dengan mendidik para volunter dari berbagai penjuru dunia sebagai agen perubahan. Pihak-pihak lain juga sudah melakukan berbagai bentuk aksi penyadaran dan tindakan seperti kampanya lewat berbagai channel media sosial, film, tulisan dan sebagainya. Inti dari semua ini adalah bagaimana pengetahuan tentang perubahan iklim dikemas dan disebarluaskan untuk penyadaran dan aksi.

Terkait hal ini, akan lebih baik lagi jika pengelolaan pengetahuan perubahan iklim itu dilakukan dengan cara-cara yang lebih kreatif dan unik yang bisa menjangkau variasi latar belakang manusia. Di sini, The Climate Reality Indonesia misalnya menawarkan gagasan mengajak teater untuk lebih menggaungkan ajakan perubahan pro-bumi. Timbul ide bagaimana agar naskah teater, meski pendek sekalipun, bisa memiliki nafas isu perubahan iklim di dalamnya. Jika ini banyak dilakukan, tentunya kesadaran perubahan iklim sangat mungkin terjadi di kalangan para penggiat, pemerhati dan pencinta seni (dalam hal ini teater). Hal lain yang mungkin bisa jadi ide kreatif adalah memasukkan content isu perubahan iklim dalam ekpresi tari, sajak, lukisan dan tampilan seni lainnya. 

Beberapa hal di atas adalah sedikit contoh untuk memberikan gambaran betapa perlunya pengelolaan pengetahuan dikemas secara lebih menarik dan variatif untuk bisa menjangkau lebih banyak kalangan.